Kami, Selalu di Sini


Kami, Selalu di Sini


Matahari tergelincir
Dari atap kelas
Sudah banyak bopeng dan lubang,
Bocor,
Apabila hujan,
Yang kadang tak diundang itu tiba-tiba berhamburan
Dengan seenaknya menciumi lantai
Dan  bangku-bangku penuh coretan

Dan telah tiga tahun,
Kalian pakai untuk menumpuk buku, menjerang sedikit percikan ilmu
Dari kami, yang kadang mungkin juga terlalu membosankan
Menyusup dari daun telinga remajamu

Barangkali,

Anak-anakku,

Bukan waktu yang singkat
24 jam x 30-31x 12 dan x 3 tahun,
Begitu panjang dan melelahkan
Bagi mata kalian,
Untuk selalu bertatapan dengan wajah-wajah kami
Dan,
Kadang kami sendiri juga bingung
Harus berbuat apa?

Kita selalu mencoba,
Waktu,
Kita rumuskan dalam abjad pembelajaran,
Ulangan,
Ujian,
Materi-materi bimbingan ...

Ahh..

Tidaklah seberapa,
Bila dibandingkan dosa dan kesalahan
Atau bingkisan alpa kami,
Kepada kalian,

Anak-anakku,

Kurun waktu yang panjang itu
Mungkin juga terlalu singkat
Untuk sekedar mengikat kata ”paham”
Bagi kalian,
Tentu juga bagi kami,





Ada banyak cerita
Yang belum sempat merupa dalam kisah
Ada banyak gambaran
Belum sempat menjelma lukisan
Begitu banyak pesan,
Belum sempat kita eja

Lalu,

Apa yang kami wariskan?

Ilmu?

Ahlak?

Tuntunan?

Selalu saja,
Terlampau sulit

Memasukkannya dalam rumusan waktu

Antara kita,

Kita,
Hanyalah kelir tanpa kayon,

Dan tatkala cempala beradu dengan kotak kayu
Kita wajib mengikutinya menjadi alunan lagu.

Kini,

Setelah tiga tahun,
Kami, yang di sini
Masih saja akan seperti ini,

Kalian?
Dua tahun,
Lima tahun,
Sepuluh tahun,
Dua puluh lima tahun yang akan datang,
Tak ada yang pernah tahu,

Anak-anakku,

Begitu besar harapan kami,
Agar kalian menyediakan sedikit saja
Ruang kecil dalam hati kalian ,
Bagi kami,
Sebagai tempat singgah,
Tatkala kerinduan kami menggelora dalam benak kalian,




Ingatlah!

Bahwa kita pernah,
Menjadi cendawan ,
Bagi gedung-gedung yang berjajar  ini,
Setiap hari,
Kita selalu saja menyaksikan,
Walaupun kadang kita tidak menyadari,
Betapa berjasanya ia bagi kita,
Melindungi kelas kita dari jemuran matahari,
Pohon angsana,
Yang sering kita biarkan dipangkas batangnya,
Untuk makanan kambing,
Toh, ia juga tidak pernah mengeluh,

Kalian juga tidak boleh lupa,
Ketika beteng tembok belakang kelas
Yang licin karena selalu kalian panjati untuk meninggalkan pelajaran itu
Suatu saat,
Tentunya akan sangat merindukan dan selalu memanggil-manggil nama kalian

Kita tidak boleh lupa,
Ketika kita selalu saksikan
Dalam musim penghujan,
Halaman depan kelas kita senantiasa menjadi tempat  favorit
Bagi air,
Untuk berlama-lama berendam
Dan kadang,
Kita sampai menyewa mesin penyedot untuk mengusirnya.

Ahh...
Anak-anakku,

Kita telah direkatkan oleh waktu
Tanpa sadar,
Di hati kalian,
Telah terpahat nama kami,
Dan di hati kami,
Telah terukir doa,
Untuk kalian,

Anak-anakku,
Selamat jalan,
Kita tahu,
Perjalanan bukanlah perpisahan

Dan kami,

Akan selalu tetap di sini,

Surabaya, 14 November 2011



K G P H

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Beri Saran/Kritik disini Untuk Kelengkapan dan Kebaikan Blog Ini