Cermin
Lama
sekali,
Kupandangi
wajah cermin
Lebih
dari biasanya
Karena
kulihat,
Wajahmu
tiba-tiba membelah wajahku menjadi dua
Tetapi
alpa dari ketertampakan,
Miskin
cahaya
Kulihat
tubuhmu tergolek lemah
Memegangidadamu
yang terguncang
Karena
gemuruh di dalam rongga-nya
Yang
semakin tak terduga
Mungkin
kau sebut namaku,
Tetapi
aku tak mendengarnya
Suaramu,
Terekam
pantulan masa silam-ku,
Tersekat
batas semu dan kasat mata
Berkali-kali
kupanggil namamu,
Apakah
kau tak mendengarnya?
Berkali-kali
kusentik dagumu yang lembut,
Apakah
kau tak merasakan kegelisahanku,
Yang
tumpah di rongga-rongga jemari tanganku?
Segeralah
aku bertanya,
Ini
wajah siapa?
Milik
siapa?
Kepemilikan
di antara kita telah musna,
Luput
dari cengkeram kebersamaan
Aku
menutupi jendela kamarku,
Agar
biasnya tak melukai wajahmu
Atau
memangkas sinar-mu,
Aku
telah kehilangan cahaya,
Tapi,
Aku
tak ingin kehilangan wajahmu dalam pantulan hati-ku
Selamanya....
Kelak,
Ingin
kubawakan serpihan cermin ini,
Kepadamu,
Agar
hatimu,
Lebih
leluasa
Terbias
dalam redup hatiku,-
26 Februari 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Beri Saran/Kritik disini Untuk Kelengkapan dan Kebaikan Blog Ini