Lelaki di Tepi Telaga
Rembulan temaram
Menjemput senja yang beranjak malam
Di tepi telaga yang hening tenang
Seorang tak berkasta mengurai benang-benang malam
Satu persatu diurai dan dibentangkan
Pada tiap gemericik airnya
Pada tiap ruas dan celah lembah
Juga pada rembulan yang enggan untuk goyah
Tak ada seorangpun selain ia
Benang kusut, telaga
Dan rembulan yang sedang temaram
Tanpa bintang dan tak berawan
Dengan benang kusut dan gemericik bisu yang ia punya
Ia mencoba melukis rembulan di atas telaga
Mengukur dalamnya gemericik sepi di telaga itu
Dan ia Membentangkan benang kusutnya
Antara telaga dan bulatan rembulan
Ahh.......
Betapa sulitnya ia melukis
Betapa bodohnya ia membentangkan jarak
Betapa naifnya ia mencoba menerka kedalaman telaga itu
Ternyata .....
Lukisan itu terlalu rumit untuk ia mengerti
Jarak itu teramat jauh untuk ia pahami
Telaga itu terlalu dalam untuk ia pelajari
Benang kusut ia biarkan hanyut terbawa arus... tenggelam
Tubuhnya yang lesu
Direbahkannya di tepi telaga
Memandang rembulan yang masih temaram...
Belum sempat ia menutup kisahnya
Tak terasa...
Rembulan tak lagi bersamanya
Lukisan temaram telah terbakar
Oleh sang fajar yang kian berpijar
14 Juli 2007

Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Beri Saran/Kritik disini Untuk Kelengkapan dan Kebaikan Blog Ini