Seandainya Aku, Daun Pandan


Seandainya Aku, Daun Pandan


Baru saja akan kulukis wajahmu
Di lengkung daun pandan yang ujungnya menjulur di kamarku
Lewat sela-sela jendela
Dan ketika hujan,
Menjadi trotoar bagi tiap rintiknya
Lalu,
Jatuh dengan teratur di pojok dipan
Dan apabila sedang tidak turun hujan,
Daun pandan itu,
Begitu tulus,
Mengantarkan butir embun yang merembes dari loteng
Menuju lantai kamarku

Lampu mati tiba-tiba,

Musnahlah wajahmu,
Mengabur dalam gelap

Aku menyadari,
Betapa selama ini
Daun pandan itu,
Tulus sekali mencintai hujan
Ikhlas menunggu embun

Aku tak pernah mendengar
Ia menggerutu, atau menyesal
Tak sekalipun juga memerlukan lampu

Tetapi,
Malam ini,
Akankah perasaan sia-siaku ini,
Mampu membunuh ketulusan mereka?

Tak bisa kubayangkan,
Ketika esok pagi,
Kupotong daun pandan itu
Dan kumasukkan dalam adukan kolak

Malamnya,
Hujan, atau embun,
Tentu akan kebingungan jalan

Ahh....
Seandainya, aku daun pandan
Mungkin, tak perlu kesulitan melukis wajahmu
Dalam penantianku,


Surabaya, 13 November 2011




K G P H

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Beri Saran/Kritik disini Untuk Kelengkapan dan Kebaikan Blog Ini